Profil Desa Sarimulyo
Ketahui informasi secara rinci Desa Sarimulyo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Sarimulyo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali. Mengungkap potret ketangguhan desa hutan jati di kawasan utara Boyolali, di mana kehidupan dan ekonomi warganya bertumpu pada kemitraan pengelolaan hutan, pertanian lahan kering, dan semangat go
-
Desa Hutan Jati yang Khas
Identitas utama serta denyut nadi kehidupan dan ekonomi desa secara fundamental terikat pada ekosistem hutan jati yang luas di sekelilingnya.
-
Ekonomi Berbasis Kemitraan Kehutanan
Perekonomian masyarakatnya ditopang oleh sistem perhutanan sosial, di mana warga mengolah lahan di sela-sela pohon jati (tumpang sari) dan beternak.
-
Resiliensi di Lahan Kering
Masyarakatnya menunjukkan tingkat ketahanan dan adaptasi yang tinggi dalam mengejar kesejahteraan (kemuliaan) di tengah kondisi geografis yang menantang.
Di tengah lanskap perbukitan Kecamatan Kemusu yang kering dan terpencil, tersemat sebuah desa dengan nama yang penuh aspirasi: Sarimulyo. Nama ini berasal dari gabungan kata Sari (inti atau esensi) dan Mulyo (mulia, makmur, sejahtera). Nama ini bukanlah cerminan dari kemakmuran yang terberi, melainkan sebuah manifestasi dari perjuangan dan harapan masyarakatnya untuk meraih kesejahteraan. Kehidupan di Desa Sarimulyo merupakan potret otentik dari komunitas desa hutan, di mana kemuliaan dicari dan diperjuangkan dari setiap jengkal tanah di bawah naungan rimbunnya pohon jati.
Geografi Kering dan Rindangnya Hutan Jati
Desa Sarimulyo secara administratif terletak di Kecamatan Kemusu, wilayah paling utara dari Kabupaten Boyolali yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Grobogan. Geografi wilayah ini sangat khas, didominasi oleh perbukitan kapur dengan curah hujan yang relatif rendah. Sebagian besar wilayah daratan desa ini merupakan kawasan hutan negara yang dikelola oleh Perum Perhutani, dengan komoditas utama pohon jati.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Boyolali, luas wilayah Desa Sarimulyo tercatat 9,33 kilometer persegi dengan jumlah penduduk sekitar 4.316 jiwa. Tingkat kepadatan penduduknya yang rendah, sekitar 463 jiwa per kilometer persegi, merupakan cerminan dari karakteristik desa hutan yang luas. Batas-batas wilayah Desa Sarimulyo meliputi:
Sebelah Utara: Berbatasan dengan Desa Kedungrejo
Sebelah Timur: Berbatasan dengan Desa Bawu
Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Kecamatan Wonosegoro
Sebelah Barat: Berbatasan dengan Desa Genengsari
Kondisi geografis ini secara langsung mendikte corak ekonomi dan sosial masyarakatnya yang sangat bergantung pada sumber daya hutan.
Pilar Ekonomi: Kemitraan Hutan dan Pertanian Tahan Kering
Pilar utama yang menyangga kehidupan ekonomi Desa Sarimulyo yaitu sistem kemitraan pengelolaan hutan atau yang lebih dikenal dengan Perhutanan Sosial. Melalui wadah Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), masyarakat menjalin kerja sama dengan Perhutani untuk turut serta mengelola dan memanfaatkan kawasan hutan secara berkelanjutan.Sebagian besar warga berprofesi sebagai pesanggem, atau petani hutan. Mereka mendapatkan hak untuk menggarap lahan di sela-sela tegakan pohon jati, sebuah sistem yang dikenal dengan nama tumpang sari. Di lahan inilah mereka menanam tanaman semusim yang tahan kering seperti jagung, singkong dan kacang-kacangan. Hasil dari tumpang sari ini menjadi sumber pendapatan utama dan penopang ketahanan pangan keluarga.Beriringan dengan pertanian tumpang sari, sektor peternakan, terutama sapi dan kambing, menjadi aset ekonomi yang sangat penting. Ternak ini berfungsi sebagai tabungan hidup yang dapat dijual sewaktu-waktu untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Pakan ternak didapatkan dari hasil panen (jerami jagung) dan rambanan dari aneka vegetasi yang tumbuh di kawasan hutan. Model ekonomi yang memadukan pertanian, peternakan, dan kehutanan ini menjadi strategi bertahan hidup yang paling efektif di tengah kondisi alam yang menantang.
Demografi dan Kultur Masyarakat Pesanggem
Kehidupan sebagai masyarakat pesanggem telah membentuk karakter warga yang tangguh, sabar, dan memiliki pengetahuan lokal yang mendalam tentang ekosistem hutan. Mereka terbiasa bekerja keras mengolah lahan yang sering kali berbatu dan kurang subur. Semangat gotong royong dan solidaritas menjadi perekat sosial yang kuat, karena berbagai tantangan, mulai dari mengolah lahan hingga menghadapi hama, sering kali harus diatasi secara bersama-sama.
Tantangan Hidup di Jantung Hutan
Kehidupan di Desa Sarimulyo tidak terlepas dari berbagai tantangan berat. Akses terhadap air bersih, terutama saat puncak musim kemarau, masih menjadi persoalan utama yang terus dicarikan solusinya. Kondisi infrastruktur jalan yang terbatas, terutama jalan-jalan akses ke lahan garapan di tengah hutan, menjadi kendala dalam mobilitas dan pengangkutan hasil panen.Dari sisi ekonomi, ketergantungan yang tinggi pada sistem tumpang sari memiliki kerentanannya sendiri. Ketika pohon jati tumbuh besar dan kanopinya semakin rapat, intensitas cahaya matahari yang masuk ke lantai hutan akan berkurang, sehingga produktivitas tanaman sela pun menurun. Hal ini menuntut warga untuk terus mencari alternatif pendapatan lain. Ancaman hama dari satwa liar seperti kera ekor panjang yang merusak tanaman juga menjadi risiko yang kerap dihadapi para petani.
Mengejar "Sari Kemuliaan": Aspirasi dan Pembangunan Desa
Meskipun hidup dalam berbagai tantangan, semangat masyarakat untuk meraih "kemuliaan" atau kesejahteraan, sesuai nama desa mereka, tidak pernah padam. Melalui LMDH, mereka terus berupaya meningkatkan posisi tawar dan memperjuangkan skema kemitraan yang lebih menguntungkan. Pemerintah desa bersama warga juga aktif mengajukan program-program pembangunan, terutama untuk peningkatan akses air bersih dan perbaikan infrastruktur jalan.Potensi pengembangan UMKM berbasis hasil hutan non-kayu, seperti pengolahan jahe atau porang yang sering ditanam sebagai tanaman sela, menjadi salah satu harapan untuk diversifikasi ekonomi di masa depan. Kedekatan dengan Waduk Kedung Ombo juga membuka sedikit peluang di sektor perikanan atau jasa wisata bagi sebagian kecil warga.
Penutup
Desa Sarimulyo merupakan potret jujur dari perjuangan hidup di kawasan hutan jati. Nama "Sarimulyo" menjadi pengingat konstan akan tujuan dan cita-cita komunal mereka. Kemuliaan di sini tidak diartikan sebagai kekayaan materi yang melimpah, melainkan sebagai kemampuan untuk hidup mandiri, rukun, dan sejahtera dalam harmoni dengan alam, meskipun alam tersebut tidak selalu mudah untuk ditaklukkan. Ketangguhan dan semangat inilah yang menjadi "sari" atau inti sejati dari kemuliaan Desa Sarimulyo.
